Minggu, 15 April 2012

Combustio (luka bakar)


KONSEP DASAR PENYAKIT


A.    DEFINISI
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Combustio  (luka  bakar) adalah  kerusakan  atau  kehilangan  jaringan  yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan (Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001).
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan memerlukan teknik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain dan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien atau mobilisasi (Subhan, 2002) Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya. (Eni Sulistyaningsih, 2010)
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yangmenghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan ( Moenajat, 2001)
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2000 : 1916)
B.     EPIDEMIOLOGI
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 meninggal setiap tahunnya. (Smeltzer, 2000 : 1912)
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di amerika.
Insiden kasus yang ditemukan pada RSUD Dr. Soetomo ditemukan seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50% dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan teknik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius ((Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001).
C.    ETIOLOGI
1.      Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) 
a.       Gas
b.      Cairan
c.       Bahan padat (Solid)
2.      Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 
3.      Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 
4.      Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
D.    PATOFISIOLOGI
Terjadi kontak antara sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,dan radiasi dengan  kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam yang menyebabkan combustio. Kemudian terjadi kerusakan kulit yang mengakibatkan nyeri sehingga menghambat mobilitas klien di tempat tidur. Selain itu, mengakibatkan intoleransi aktivitas sehingga menghambat mobilitas fisik klien (Oswari, 2006).
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (shock Hipovolemik) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah :
1.         Respon kardiovaskuiler
       Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2.      Respon Renalis
       Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
3.      Respon Gastro Intestinal
       Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
4.      Respon Imonologi
       Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.
E.     FASE LUKA BAKAR
Adapun tahapan fase dri luka bakar, yaitu :
a.       Fase akut
Fase akut disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti :
·         Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi rendaman disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin bergerak aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan membersihkan luka seluruh tubuh.
·         Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver sulfadiazin, silver nitrat, dan mafenide asetat.
·         Penggantian Balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD. Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien dibiarkan berandam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas dengan hati-hati memakai forseps atau tangan yang menggunakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan debris, setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati. Selama penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan karakteristik lain dari luka.
·         Debridemen
Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing sehingga pasien dilindungi dari invasi bakteri dan untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati.
Debridemen ada 3 yaitu :
-       Alami : jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan
-       Mekanis           : penggunaan gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat jaringan mati
-       Bedah : tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai mengupas kulit yang terbakar.
·    Graft Pada Luka Bakar
Adalah pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka akan terbentuk jaringan granulasi. Jarinagn ini akan mengisi ruangan ditimbulkan oleh luka, membentuk barier yang merintangi bakteri dan berfungsi sebagai dasar untk pertumbuhan sel epitel.
·     Dukungan Nutrisi
Nutrisi yang diberikan adalah TKTP untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.
b.      Fase sub akut
Fase sub akut berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
·         Proses inflamasi dan infeksi
·         Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional
·         Keadaan hipermetabolisme.
c.       Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
F.     KLASIFIKASI
Klasifikasi dari luka bakar dapat dilihat dari dalamnya luka bakar, luas dari luka bakar, dan berat ringannya dari luka bakar tersebut.
a.    Dalamnya Luka Bakar
·         Luka Bakar Derajat I
Luka bakar terjadi pada lapisan epidermis
-       Kedalaman : Ketebalan partial superfisial
-       Penyebab : Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari)
-       Penampilan : Kering tidak ada gelembung, oedem minimal atau tidak ada, pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
-       Warna : Bertambah merah
-       Perasaan : Nyeri
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
·         Luka Bakar Derajat II
-       Kedalaman : Lebih dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam
-       Penyebab : Kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada pakaian, jilatan langsung kimiawi, sinar ultra violet
-       Penampilan : Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar, pucat bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali
-       Warna : Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
-       Perasaan : Sangat nyeri
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
v  Derajat II dangkal (superficial)
-       Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis
-       Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
-       Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
v  Derajat II dalam (deep)
-       Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
-       Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
-       Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.

·         Luka Bakar Derajat III
-       Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
-       Kedalaman : Ketebalan sepenuhnya
-       Penyebab : Kontak dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak dengan arus listrik
-       Penampilan : Kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas, gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar, tidak pucat bila ditekan
-       Warna : Putih, kering, hitam, coklat tua, hitam, merah
-       Perasaan : Tidak sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut.
b.      Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
-       Kepala dan leher                                       : 9%
-       Lengan masing-masing 9%                                : 18%
-       Badan depan 18%, badan belakang 18%           : 36%
-       Tungkai masing-masing 18%                              : 36%
-       Genetalia/perineum                                             : 1%
Total    : 100%
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:
LOKASI
USIA (Tahun)
0-1
1-4
5-9
10-15
DEWASA
KEPALA
19
17
13
10
7
LEHER
2
2
2
2
2
DADA & PERUT
13
13
13
13
13
PUNGGUNG
13
13
13
13
13
PANTAT KIRI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PANTAT KANAN
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
KELAMIN
1
1
1
1
1
LENGAN ATAS KA.
4
4
4
4
4
LENGAN ATAS KI.
4
4
4
4
4
LENGAN BAWAH KA
3
3
3
3
3
LENGAN BAWAH KI.
3
3
3
3
3
TANGAN KA
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
TANGAN KI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PAHA KA.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
PAHA KI.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
TUNGKAI BAWAH KA
5
5
5,5
6
7
TUNGKAI BAWAH KI
5
5
5,5
6
7
KAKI KANAN
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
KAKI KIRI
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5

c.       Berat Ringannya Luka Bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa factor antara lain :
·         Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
·         Kedalaman luka bakar
·         Anatomi lokasi luka bakar
·         Umur klien
·         Riwayat pengobatan yang lalu
·         Trauma yang menyertai atau bersamaan
American college of surgeon membagi dalam:
a.       Parah – critical:
·         Tingkat II          : 30% atau lebih
·         Tingkat III         : 10% atau lebih
·         Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
·         Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas
b.      Sedang – moderate:
·         Tingkat II                      : 15 – 30%
·         Tingkat III                    : 1 – 10%
c.       Ringan – minor :
·         Tingkat II                      : kurang 15%
·         Tingkat III                    : kurang 1%
G.    GEJALA KLINIS
a)      Luka bakar derajat I:
-       Kerusakan terbakar pada lapisan epidermis (superficial).
-       Kulit kering, hiperemik berupa eritema.
-       Tidak dijumpai bullae.
-       Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
-       Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
-       Contohnya adalah luka bakar akibat sengantan matahari
b)      Luka bakar derajat II
-       Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
-       Dijumpai bullae.
-       Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
-       Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
·         Derajat II dangkal (superficial).
-       Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
-       Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
-       Penyembuhan  spontan dalam waktu 10-14 hari, tanpa skin graft
·         Derajat II dalam (deep).
-       Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
-       Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
-       Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan lebih dari satu bulan. Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit (skin graft).
c)      Luka bakar derajat III
-       Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
-       Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
-       Tidak dijumpai bulae.
-       Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering  lebih rendah dibanding kulit sekitar.
-       Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
-       Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
-       Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
Sumber: smeltzer(2001),keperawatan medikal bedah

v  Zona Kerusakan jaringan
Setiap daerah yang terbakar memiliki tiga zona cedera yaitu :
ü  Zona Koagulasi
Daerah sebelah dalam yang langsung mengalami kerusakan akibat pengaruh panas, terdapat proses koagulasi protein pada luka dan kematian seluler.
ü  Zona Stasis
Daerah yang berada langsung diluar zona koagulasi. Pada daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi diikuti perubahan permebilitas kapiler dan respon inflamasi lokal.
ü  Zona Hiperemia
Daerah diliuar zona statis yang mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Zona ketiga ini dapat mengalami penyembuhan secara spontan atau berubah ke zona kedua bahkan zona pertama.(Moenadjat,2003: Smeltzer, 2001;1916)
H.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.       Pemeriksaan Laboratorium
1. LED: mengkaji hemokonsentrasi
2.  Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Initerutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3.  Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,khususnya pada cedera inhalasi asap.
4.  BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5.  Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakanotot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7.  Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap
b.      Radiologi
·      Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasisehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan.
·      Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDMdan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
·      Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairaninterstitiil/ganguan pompa natrium.
·      Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringandalam dan kehilangan protein.
·      Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
·      Skan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
·      EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
·      BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
·      Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
·      Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
·      Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan
2.      Teraphy/Tindakan Penanganan
a)      Topikal dan tutup luka
·         Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringannekrotik.
·         Tulle.
·         Silver sulfa diazin tebal.
·         Tutup kassa tebal.
·         Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
b)      Obat – obatan:
·         Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
·         Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasilkultur.
·         Analgetik : kuat (morfin, petidine)
·         Antasida : kalau perlu
I.       KOMPLIKASI
·    Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapatmengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekandaya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demikepentingan penyelamatan jiwa penderita.
·    Curling`s ulcer (ulkus Curling).Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5±10. Terjadiulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasidaharus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Padaendoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
·    Gangguan Jalan nafas.Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganandengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberiankortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
·    Konvulsi.Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal inidisebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan(penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
·    Kontraktur 
·    Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
J.      PENATALAKSANAAN
  Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
v  Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
v  Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar - Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
v  Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
v  Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
v  Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
v  Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
·           Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
·           Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
·           Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation)
ü  Airway and breathing
 Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
ü  Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bilaluas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan    pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.
Tatalaksana luka bakar superfisial / dangkal
Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya gelembung cairan atau penggarukan dapat ditutup perban untuk proteksi.
Tatalaksana luka bakar sebagian (partial thicknes)
·       Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang mengandung garam-steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine 0,1% lalu dengan salin.
·       Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak menempel lalu dibalut atau di plester
·       Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin
Follow up
Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh.
K.    PROGNOSIS
Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5 tahun, dan pada  dewasa dengan usia kurang dari 40 tahun. Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka bakar, luas, usia, lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.