KONSEP DASAR PENYAKIT
A.
DEFINISI
Luka bakar adalah suatu
trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
Combustio (luka
bakar) adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,dan radiasi yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah
yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada
jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua
sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan (Instalasi Rawat Inap
Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001).
Beberapa karakteristik
luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik
ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar
yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang
lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas
(scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar
yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar
karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai
genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain
dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan memerlukan teknik
pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain dan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien atau mobilisasi (Subhan, 2002) Mobilisasi mengacu
pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Merupakan kemampuan
individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya. (Eni Sulistyaningsih,
2010)
Luka
bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau
benda-benda fisik yangmenghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan
( Moenajat, 2001)
Luka
bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada
tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2000 : 1916)
B.
EPIDEMIOLOGI
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika
Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan
penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar
12.000 meninggal setiap tahunnya. (Smeltzer, 2000 : 1912)
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun terdapat
sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan
khusus luka bakar. Antara 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun
mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di amerika.
Insiden kasus yang
ditemukan pada RSUD Dr. Soetomo ditemukan seorang dengan luka bakar 50% dari
luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat
terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%.
Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%
dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luka
bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan
secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam
perawatan luka dan teknik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar
serius ((Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001).
C.
ETIOLOGI
1. Luka
Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan
padat (Solid)
2. Luka
Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka
Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka
Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
D.
PATOFISIOLOGI
Terjadi kontak antara
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,dan radiasi
dengan kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam yang menyebabkan combustio. Kemudian terjadi kerusakan kulit yang
mengakibatkan nyeri sehingga menghambat mobilitas klien di tempat tidur. Selain
itu, mengakibatkan intoleransi aktivitas sehingga menghambat mobilitas fisik
klien (Oswari, 2006).
Luka bakar
mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, klorida
dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (shock
Hipovolemik) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik
tubuh terhadap kondisi ini adalah :
1.
Respon kardiovaskuiler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan
protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung
Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema
menyeluruh.
2.
Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler
maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan
bisa berakibat gagal ginjal
3. Respon
Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 %
adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi
efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya
perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan
aspirasi.
4. Respon
Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai
mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas
kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.
E.
FASE
LUKA BAKAR
Adapun
tahapan fase dri luka bakar, yaitu :
a.
Fase akut
Fase
akut disebut sebagai fase awal atau fase syok.
Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway
tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun
masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam
48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum
seperti :
·
Pembersihan Luka
Hidroterapi
dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi rendaman disamping
tempat tidur. Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin bergerak aktif.
Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan
membersihkan luka seluruh tubuh.
·
Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga
preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver sulfadiazin, silver nitrat,
dan mafenide asetat.
·
Penggantian Balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan
APD. Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan
sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien dibiarkan
berandam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat
dilepas dengan hati-hati memakai forseps atau tangan yang menggunakan sarung
tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan
debris, setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati.
Selama penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan
karakteristik lain dari luka.
·
Debridemen
Tujuannya
adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda
asing sehingga pasien dilindungi dari invasi bakteri dan untuk menghilangkan
jaringan yang sudah mati.
Debridemen
ada 3 yaitu :
-
Alami : jaringan mati akan memisahkan
diri secara spontan
-
Mekanis : penggunaan gunting
bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat jaringan mati
-
Bedah : tindakan operasi dengan
melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai mengupas kulit yang
terbakar.
· Graft Pada
Luka Bakar
Adalah
pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka akan terbentuk jaringan
granulasi. Jarinagn ini akan mengisi ruangan ditimbulkan oleh luka, membentuk
barier yang merintangi bakteri dan berfungsi sebagai dasar untk pertumbuhan sel
epitel.
· Dukungan
Nutrisi
Nutrisi
yang diberikan adalah TKTP untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.
b.
Fase sub
akut
Fase
sub akut berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang
terjadi menyebabkan:
·
Proses inflamasi dan
infeksi
·
Problem penutupan luka
dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan
atau pada struktur atau organ – organ fungsional
c.
Fase
lanjut
Fase
lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas
dan kontraktur.
F.
KLASIFIKASI
Klasifikasi dari luka
bakar dapat dilihat dari dalamnya luka bakar, luas dari luka bakar, dan berat
ringannya dari luka bakar tersebut.
a.
Dalamnya
Luka Bakar
·
Luka
Bakar Derajat I
Luka
bakar terjadi pada lapisan epidermis
-
Kedalaman : Ketebalan
partial superfisial
-
Penyebab : Jilatan
api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari)
-
Penampilan : Kering
tidak ada gelembung, oedem minimal
atau tidak ada, pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila
tekanan dilepas.
-
Warna : Bertambah
merah
-
Perasaan : Nyeri
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis
(surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan
terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
·
Luka
Bakar Derajat II
-
Kedalaman : Lebih
dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam
-
Penyebab : Kontak
dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada pakaian, jilatan langsung
kimiawi, sinar ultra violet
-
Penampilan : Blister
besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar, pucat bila ditekan dengan ujung
jari, bila tekanan dilepas berisi kembali
-
Warna : Berbintik-bintik
yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat. Dasar luka
berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
-
Perasaan : Sangat
nyeri
Luka
bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
v Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis
- Organ-organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
- Penyembuhan
terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
v Derajat II dalam (deep)
-
Kerusakan mengenai
hampir seluruh bagian dermis.
-
Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar
masih utuh.
-
Penyembuhan terjadi
lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih
dari sebulan.
·
Luka
Bakar Derajat III
- Kerusakan
meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
-
Kedalaman : Ketebalan
sepenuhnya
-
Penyebab : Kontak
dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak dengan arus listrik
-
Penampilan : Kering
disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit
yang mengelupas, gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar,
tidak pucat bila ditekan
-
Warna : Putih,
kering, hitam, coklat tua, hitam, merah
-
Perasaan : Tidak
sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut.
b.
Luas Luka
Bakar
Wallace membagi tubuh
atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau
rule of wallace yaitu:
-
Kepala dan leher : 9%
-
Lengan masing-masing
9% : 18%
-
Badan depan 18%, badan
belakang 18%
: 36%
-
Tungkai masing-masing
18% : 36%
-
Genetalia/perineum : 1%
Total
: 100%
Dalam perhitungan agar lebih
mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari luas
permukaan tubuhnya. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund
and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
Diagram
Penentuan luas luka bakar secara
lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund
dan Browder sebagai berikut:
LOKASI
|
USIA
(Tahun)
|
||||
0-1
|
1-4
|
5-9
|
10-15
|
DEWASA
|
|
KEPALA
|
19
|
17
|
13
|
10
|
7
|
LEHER
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
DADA
& PERUT
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
PUNGGUNG
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
PANTAT
KIRI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
PANTAT
KANAN
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
KELAMIN
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
LENGAN
ATAS KA.
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
LENGAN
ATAS KI.
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
LENGAN
BAWAH KA
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
LENGAN
BAWAH KI.
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
TANGAN
KA
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
TANGAN
KI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
PAHA
KA.
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
PAHA
KI.
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
TUNGKAI
BAWAH KA
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
TUNGKAI
BAWAH KI
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
KAKI
KANAN
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
KAKI
KIRI
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
c. Berat Ringannya Luka Bakar
Untuk mengkaji
beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa factor antara lain :
·
Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada
permukaan tubuh
·
Kedalaman luka bakar
·
Anatomi lokasi luka bakar
·
Umur klien
·
Riwayat pengobatan yang lalu
·
Trauma yang menyertai atau bersamaan
American college of surgeon membagi dalam:
a. Parah
– critical:
·
Tingkat
II : 30% atau lebih
·
Tingkat
III : 10% atau lebih
·
Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
·
Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas
b. Sedang
– moderate:
·
Tingkat
II
: 15 – 30%
·
Tingkat
III
: 1 – 10%
c. Ringan
– minor :
·
Tingkat
II
: kurang 15%
·
Tingkat
III
: kurang 1%
G.
GEJALA KLINIS
a)
Luka bakar derajat I:
- Kerusakan
terbakar pada lapisan epidermis (superficial).
- Kulit kering,
hiperemik berupa eritema.
- Tidak dijumpai bullae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi.
- Penyembuhan
terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
- Contohnya adalah luka bakar akibat
sengantan matahari
b)
Luka bakar derajat II
-
Kerusakan meliputi epidermis
dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
-
Dijumpai bullae.
-
Nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi.
-
Dasar luka berwarna merah atau
pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
·
Derajat II dangkal (superficial).
-
Kerusakan mengenai bagian
superfisial dari dermis.
-
Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
-
Penyembuhan spontan dalam waktu 10-14 hari, tanpa skin
graft
·
Derajat II dalam (deep).
-
Kerusakan hampir seluruh bagian
dermis.
-
Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
-
Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan lebih dari satu
bulan. Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit (skin graft).
c) Luka bakar derajat
III
-
Kerusakan meliputi seluruh
tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
-
Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
-
Tidak dijumpai bulae.
-
Kulit yang terbakar berwarna
abu-abu dan pucat, karena kering lebih
rendah dibanding kulit sekitar.
-
Terjadi koagulasi protein pada
epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
-
Tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian.
-
Penyembuhan terjadi lama karena
tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
Sumber:
smeltzer(2001),keperawatan medikal bedah
v Zona Kerusakan jaringan
Setiap daerah yang terbakar memiliki tiga
zona cedera yaitu :
ü Zona Koagulasi
Daerah sebelah dalam yang langsung
mengalami kerusakan akibat pengaruh panas, terdapat proses koagulasi protein
pada luka dan kematian seluler.
ü Zona Stasis
Daerah yang berada langsung diluar zona
koagulasi. Pada daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai
kerusakan trombosit dan leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi diikuti
perubahan permebilitas kapiler dan respon inflamasi lokal.
ü Zona Hiperemia
Daerah diliuar zona statis yang mengalami
reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Zona ketiga
ini dapat mengalami penyembuhan secara spontan atau berubah ke zona kedua
bahkan zona pertama.(Moenadjat,2003: Smeltzer, 2001;1916)
H.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan
Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan
Laboratorium
1. LED:
mengkaji hemokonsentrasi
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan
cairan dan biokimia. Initerutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan
henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada
mengkaji fungsi pulmonal,khususnya pada cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan
hemokromogen menandakan kerusakanotot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan
yang dapat menurun pada luka bakar masif.
8.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap
b. Radiologi
· Hitung
darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasisehubungan
dengan perpindahan/kehilangan cairan.
· Elektrolit
serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDMdan penurunan
fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
· Alkalin
fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairaninterstitiil/ganguan
pompa natrium.
· Urine
: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringandalam dan
kehilangan protein.
· Foto
rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
· Skan
paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
· EKG
untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
· BUN
dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
· Kadar
karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
· Bronkoskopi
membantu memastikan cedera inhalasi asap.
· Albumin
serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan
2. Teraphy/Tindakan
Penanganan
a) Topikal
dan tutup luka
·
Cuci luka dengan savlon
: NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringannekrotik.
·
Tulle.
·
Silver sulfa diazin
tebal.
·
Tutup kassa tebal.
·
Evaluasi 5 – 7 hari,
kecuali balutan kotor.
b) Obat
– obatan:
·
Antibiotika : tidak
diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
·
Bila perlu berikan
antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasilkultur.
·
Analgetik : kuat
(morfin, petidine)
·
Antasida : kalau perlu
I.
KOMPLIKASI
· Infeksi
merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapatmengalami
sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif
(menekandaya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings
berat demikepentingan penyelamatan jiwa penderita.
· Curling`s
ulcer (ulkus Curling).Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada
hari ke 5±10. Terjadiulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai
hematemesis. Antasidaharus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar
sedang hingga berat. Padaendoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus
di duodenum.
· Gangguan
Jalan nafas.Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada
hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.
Penanganandengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen,
trakeostomi, pemberiankortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
· Konvulsi.Komplikasi
yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal inidisebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan(penisilin,
aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
· Kontraktur
· Ganguan
Kosmetik akibat jaringan parut
J.
PENATALAKSANAAN
Secara
sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama
dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada
fasilitas kesehatan
v
Clothing :
singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel
dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
v
Cooling : Dinginkan
daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit,
hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan
orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar -
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan
rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang
terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan
risiko hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah
mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit
baru disiram air yang mengalir.
v
Cleaning :
pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan
membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
v
Chemoprophylaxis : pemberian
anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial
partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus).
Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan
kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat
alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
v
Covering : penutupan
luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar
superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka
(yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran
panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
v
Comforting : dapat
dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
·
Paracetamol dan codein (PO-per
oral)- 20-30mg/kg
·
Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg
diberikan dengan dosis titrasi bolus
·
Morphine (I.M-intramuskular)
0,2mg/kg
Selanjutnya
pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC (airway,
breathing, Circulation)
ü
Airway and breathing
Perhatikan
adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada
daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa
saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang
adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
ü
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan.
Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan
intravena (melalui infus) diberikan bilaluas luka bakar >10%. Bila kurang
dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen
penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan
karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh
darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi
dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam
pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat
dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid
(ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di
dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada
bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per
24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10
kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula
parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan
setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang
diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.
Tatalaksana
luka bakar superfisial / dangkal
Dapat
dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya
gelembung cairan atau penggarukan dapat ditutup perban untuk proteksi.
Tatalaksana
luka bakar
sebagian (partial thicknes)
·
Dilakukan pembersihan luka dan
sekelilingnya dengan salin (larutan yang mengandung garam-steril). Jika luka
kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine 0,1% lalu dengan salin.
·
Luka bakar superfisial partial
thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak menempel lalu dibalut atau di
plester
·
Luka bakar deep partial thickness
dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak lengket dan diberikan antimikroba
krim silverdiazin
Follow up
Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10
hari, atau menunjukkan tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka
rujukan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang
berlebihan (scar hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu
luka bakar belum juga menyembuh.
K.
PROGNOSIS
Prognosis
lebih baik pada anak dengan usia di atas 5 tahun, dan pada dewasa dengan usia kurang dari 40 tahun.
Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka bakar, luas, usia,
lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar