KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Cronik Kidney Disease
(CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible
(Mansjoer, 2000).
Gagal ginjal kronik
adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandasi dengan penurunan
fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan
kematian. Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik meliputi
glomerulonefritis, pielonefritis, hipoplasia, congenital, penyakit ginjal
polisiklik, diabetes, hipertensi, system lupus, sindrom al port dan aminoblosis
(Tucher, 1999).
Gagal ginjaLl kronik adalah gangguan fungsional uang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea serta sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002)
Gagal ginjaLl kronik adalah gangguan fungsional uang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea serta sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002)
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjalyang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasiglomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al,
2001)
Gagal ginjal kronik
biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap
(Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis
terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang
konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan
individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat
lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis
atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001;
1448)
Gagal ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya
berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
2. EPIDEMIOLOGI
Di negara maju, angka penderita
gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. DiAmerika Serikat misalnya, angka
kejadian gagal ginjal meningkat tajamdalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166
ribu kasus GGT (gagal ginjal tahapakhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus.
Angka tersebut diperkirakanterus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih
dari 650 ribu.Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan
mengalamiGGK (gagal ginjal kronis) fase awal. Dan itu cenderung berlanjut
tanpaberhenti.
3. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis
antara lain :
1.Infeksi
saluran kemih (pielonefritis kronis)
2.Penyakit
peradangan (glomerulonefritis)
3.Penyakit
vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4.Gangguan
jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosissitemik)
5.Penyakit
kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosistubulus ginjal)
6.Penyakit
metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7.Nefropati
toksik
8.Nefropati
obstruktif (batu saluran kemih)(Price & Wilson, 1994)
Penyebab gagak ginjal kronik cukup
banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1.Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal
primer : Glomerulonefritis,
Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc ginjal
Penyakit ginjal
sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,Poliarteritis nodasa,
Sclerosis sistemik progresif, Gout, Dm
2.Penyakit ginjal obstruktif :
pembesaran prostat,Batu saluran kemih,Refluks ureter,
Secara garis besar penyebab gagal
ginjal dapat dikategorikan
·
Infeksi
yang berulang dan nefron yang memburuk
·
Obstruksi
saluran kemih
·
Destruksi
pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama
·
Scar
pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal
4. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronis selalu
berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium gagal ginjal kronis
didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan
mencakup :
1. Penurunan
cadangan ginjal;
Yang terjadi bila GFR turun 50%
dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa
metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan
penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri.
Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi
2. Insufisiensi
ginjal;
Terjadi apabila GFR turun menjadi
20 – 35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami
kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai
sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi
mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema.
Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari
GFR, sehingga perlu pengobatan medis
3. Gagal
ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4. Penyakit
gagal ginjal stadium akhir;
Terjadi bila GFR menjadi kurang
dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh
ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic
dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak
mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau
penggantian ginjal.
(Corwin, 1994)
Pendekatan teoritis yang biasanya
diajukan untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada Gagal ginjal Kronis:
1. Sudut
pandang tradisional
Mengatakan bahwa semua unit nefron
telah terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda, dan bagian
spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi –fungsi tertentu dapat saja
benar-benar rusak atau berubah strukturnya, misalnya lesi organic pada medulla
akan merusak susunan anatomic dari lengkung henle.
2. Pendekatan
Hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh
Berpendapat bahwa bila nefron
terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang
masih utuh tetap bekerja normal. Uremia akan timbul bila jumlah nefron yang
sudah sedemikian berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak
dapat dipertahankan lagi.
Adaptasi penting dilakukan oleh
ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan
seluruh beban kerja ginjal, terjadi peningkatan percepatan filtrasi, beban
solute dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron yang terdapat dalam ginjal
turun dibawab normal.
Mekanisme adaptasi ini cukup
berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga
tingkat fungsi ginjal yang rendah.
Namun akhirnya kalau 75 % massa
nefron telah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi tiap nefron
sedemikian tinggi sehingga keseimbangan glomerolus-tubulus tidak dapat lagi
dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun konsentrasi
solute dan air menjadi berkurang.
5. KLASIFIKASI
Perjalanan umum
gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium
1.Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal
ginjal antar 40 % - 75 %). Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal
masih baik. Pada tahap ini penderita ini belum merasasakan gejala gejala dan
pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam masih dalam batas
normal.Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam
batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya
dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes
pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.
2.Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal
antar 20 % - 50 %). Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas
seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada stadium ini
pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan
garam,gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat
menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan
tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini
lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal.Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda,
tergantung dari kadar protein dalam diit. pada stadium ini kadar kreatinin
serum mulai meningkat melebihi kadar normal.Insufiensi ginjal (faal ginjal
antar 20 % - 50 %). Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas
seperti biasa padahal daya dankonsentrasi ginjaL menurun. Pada stadium ini
pengobatan harus cepatdaloam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan
garam,gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat
menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan
tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini
lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal.Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda,
tergantung dari kadarprotein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum
mulai meningkat melebihi kadar normal.Poliuria akibat gagal ginjal biasanya
lebih besar pada penyakit yang terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria
bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan
anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5 % - 25 % . faal ginjal
jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala kekurangan darah, tekanan darah akan
naik, , aktifitas penderita mulai terganggu.
3.Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal
kurang dari 10 %) Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan
dimantak dapat melakukan tugas sehari hari sebaimana mestinya. Gejal gejala yang
timbul antara lain mual, munta, nafsu makan berkurang., sesaknafas, pusing,
sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejangkejang dan akhirnya
terjadi penurunan kesadaran sampai koma.Stadum akhir timbul pada sekitar 90 %
dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan
kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.Pada keadaan ini
kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai
penurunan. Pada stadium akhir gagalginjal, penderita mulai merasakan gejala
yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis
caiaran danelektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran
kemih) kurang dari 500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses
penyakit mula mula menyerang tubulus ginjal,kompleks menyerang tubulus ginjal,
kompleks perubahan biokimia dangejala gejala yang dinamakan sindrom uremik
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan menggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi
ginjal atau dialisis.
6. MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi
klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a.
Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b.
Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi
klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi
klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a.
Gangguan kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat
perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,
gangguan irama jantung dan edema.
b.
Gannguan Pulmoner Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c.Gangguan
gastrointestinal Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal,
ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d.
Gangguan muskuloskeletal Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga
selalu digerakan ), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar,
terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot –
otot ekstremitas.
e.
Gangguan Integumen kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f.
Gangguan endokrim Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun,
gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic
lemak dan vitamin D.
g.
Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi,
asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h.
System hematologi anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik,
dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
7. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Urine
:
o
Volume
o
Warna
o
Sedimen
o
Berat jenis
o
Kreatinin
o
Protein
2. Darah
:
o
Bun / kreatinin
o
Hitung darah lengkap
o
Sel darah merah
o
Natrium serum
o
Kalium
o
Magnesium fosfat
o
Protein
o
Osmolaritas serum
3. Pielografi
intravena
o
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal
dan ureter
o
Pielografi retrograd
o
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi
yang reversibel
o
Arteriogram ginjal
o
Mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskular, massa.
4. Sistouretrogram
berkemih
o
Menunjukkan ukuran kandung kemih,
refluks kedalam ureter, retensi.
5. Ultrasono
ginjal
o
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan
adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
6. Biopsi
ginjal
o
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk
menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis
7. Endoskopi
ginjal nefroskopi
o
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal
; keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
8. EKG
Mungkin abnormal menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan
tanda tanda perikarditis
9. Pemeriksaan
Laboratorium
o Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K,
Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody
(kehilangan protein dan immunoglobulin)
o Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume,
glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
10. Pemeriksaan
EKG
Untuk melihat adanya hipertropi
ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit
(hiperkalemi, hipokalsemia)
11. Pemeriksaan
USG
Menilai besar dan bentuk ginjal,
tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises,
ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
12. Pemeriksaan
Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography,
Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal
Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen
8. TINDAKAN
PENANGANAN
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk
mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia,
perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ;
menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ;
menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan
hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi
yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau
akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum
( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak
gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan
kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium
polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan
keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan
cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral,
konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis
pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung,
feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk
terapi penggantia cairan.
Penatalaksanaan
terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Restriksi
konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan
: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi
hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang
dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
3. Dialisis
4. Transplantasi
ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001)
9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal
kronis antara lain :
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit
tulang
(Smeltzer & Bare, 2001)
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
10. PENGKAJIAN
Pengkajian
1. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan,
kelemahan, malaise, gangguan tidur
Kelemahan
otot dan tonus, penurunan ROM
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri
dada
Peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic,
friction rub
3. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada
kekuatan
Menolak, cemas, takut, marah, irritable
4. Eliminasi
Penurunan
frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna
merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
5. Makanan/Cairan
Peningkatan
BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah, rasa
logam pada mulut, asites
Penurunan
otot, penurunan lemak subkutan
6. Neurosensori
Sakit
kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan
Gangguan
status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma
7. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
Distraksi, gelisah
8. Pernafasan
Pernafasan
Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal Dyspnea (+)
Batuk
produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
9. Keamanan
Kulit
gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
10. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
11. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran
seperti biasanya
(Doengoes, 2000)
11. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis ditandai dengan kurang
minat pada makanan
2. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan metabolic ditandai dengan kersakan pada kulit :
pruritis
3. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan edema, asupan melebihi
haluaran
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membrane alveolar – kapiler.
DAFTAR
PUSTAKA
http://kumpulanaskep2.blogspot.com/2010/05/laporan-pendahuluancronik-kidney.html.diakses
pada tanggal 19 desember 2011
http://www.scribd.com/doc/46123757/LAPORAN-PENDAHULUAN-CKD.
diakses pada tanggal 19 desember 2011
http://www.scribd.com/doc/14558331/Laporan-Pendahuluan-Chronic-Kidney-Disease-CKD-.diakses
pada tanggal 19 desember 2011
http://zoneholic.blogspot.com/2011/01/laporan-pendahuluan-ckd-chronic-kidney.html.diakses
pada tanggal 19 desember 2011
Nanda, 2009, Nursing Diagnosis Deffinition and Classification,
Mosby year Book. USAMcCloskey, 2004, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby, USA
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA
Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack - Mapyro
BalasHapusHarrah's Philadelphia Casino & 거제 출장마사지 Racetrack locations, 김해 출장샵 rates, amenities: expert 양산 출장샵 Philadelphia 광양 출장안마 research, 대구광역 출장마사지 only at Hotel and Travel Index.